Kamis, 26 Desember 2013

Pengertian kriminologi dan pendekatannya

Kriminologi mengandung arti yaitu suatu ilmu yang mempelajari kejahatan.
Secara etimologis istilah kriminologi berasal dari kata crimen (kejahatan) dan logos(pengetahuan atau ilmu pengetahuan).
Istilah Kriminologi pertama kali digunakan oleh P.Topinard, seorang ahli antropologi perancis. Terjadinya kejahatan dan penyebabnya telah menjadi subjek yang banyak mengundang spekulasi, perdebatan, maupun tetitorialitas, diantara penelitian maupun para ahli serta masyarakat. Banyak teori yang berusaha menjelaskan tentang masalah kejahatan, walau banyak sekali teori-teori yang dipengaruhi oleh agama, politik, filsafat, maupun ekonomi.

Sedangkan menurut E.H Sutherland mengenai pandangannya dalam pengertian kriminologi, adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai fenomena sosial, termasuk didalamnya terdapat proses pembuatan Undang-undang, pelanggaran terhadap Undang-undang dan reaksinya terhadap pelanggaran Undang-undang.
Para filosofi yunani kuno, seperti Aristoteles dan Plato sudah menjelaskan studi tentang kejahatan in pada zaman mereka, terutama usaha untuk menjelaskan sebab-sebab kejahatan. Walaupun secara histori sudi tentang kejahatan dalam ranah kriminologi baru lahir pada abad ke-19, yaitu dengan ditandai lahirnya statistik kriminal di perancis pada tahun 1826 atau dengan ditebitkannya buku L'uomo Deliguente pada tahun 1876 olehCesare Lombroso.

Secara umum, tujuan dari Kriminologi itu yakni untuk mempelajari kejahatan dari berbagai aspek, sehinga pemahaman mengenai fenomena kejahatan bisa diperoleh dengan baik. Berkembangnya Kriminologi dan semakin maraknya pemikiran-pemikiran kritis yang mempelajari proses pembuatan Undang-undang, untuk itu sangatlah penting bagi mahasiswa Fakultas Hukum untuk mempelajari Kriminologi, agar dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang fenomena kejahatan dan juga masalah hukum pada umumnya.
Pada konferensi mengenai kejahatan dan tindakan terhadap Delinkuen yang telah diselenggarakan oleh International Non Govemmental Organization atas bantuan/peran serta dari PBB di Jenewa pada tangal 17 Desember 1952, yang memutuskan agar mata kuliah Kriminologi direkomendasikan pada universitas yang lulusannya akan berkecimpung di bidang Hukum.

Aliran Pemikiran dalam kriminologi adalah cara pandang (paradigma) yang digunakan oleh para pakar kriminolog dalam melihat, mananggapi, manafsirkan dan menjelaskan mengenai fenomena kejahatan.
Dalam sejarah Intelektual, terhadap masalah penjelasan secara umum dapat dibedakan menjadi 2 cara pendekatan yang mendasar yaitu, pendekatan Spiritistik (demonologik), dan pendekatan Naturalistik, kedua pendekatan tersebut merupakan pendekatan pada masa kuno maupun pada masa moderen.
Pendekatan Spiritistik berdasar pada adanya kekuasaan lain/spirit (roh). Unsur utama yang terdapat dalam pendekatan Spiritistik ini adalah sifatnya yang melalui dunia empirik (tidak terikat oleh batasan-batasan kebendaan/fisik, dan beroperasi dalam cara-cara yang bukan menjadi subjek dari kontrol atau pengetahuan manusia yang terbatas).
Sedangkan pendekatan Naturalistik sendiri, yaitu penjelasan yang diberikan didalamnya lebih terperinci dan bersifat khusus, serta melihat dari segi objek dan kejadian-kejadian dunia dalam lingkuo kebendaan dan fisik.
Apabila penjelasan Spiritistik menjelaskan dasar dunia lain untuk menjelaskan apa yang terjadi, maka penjelasan Naturalistik sendiri menggunakan ide-ide dan penafsiran terhadap kejadian-kejadin dan objek-objek, serta hubungannya berhubungan dengan dunia yang ada (dunia nyata).

Pendekatan Naturalistik dibedakan dalam 3 bentuk sistem pemikiran dan paradigma,yaitu :
1. Kriminologi Classic
Kriminologi classic berdasarkan bahwa intelegensi dan rasionalitas merupakan ciri fundamental manusia, dan serta menjadi dasar penjelasan prilaku manusia, baik yang bersifat perorangan maupun bersifat kelompok.
Kunci kemajuan dalam kriminologi classic adalah kemampuan kecerdasan atau akal yang dapat ditingkatkan melalui latihan dan pendidikan, sehingga manusia dapat mampu mengontrol dirinya sendiri, baik itu dilingkungan masyarakat maupun terhadap diri sendiri.
Kejahatan diartikan sebagai perbuatan/pelanggaran yang bertentangan dengan Undang-undang pidana, serta Penjahat adalah sebutan bagi seseorang yang melakukan perbuatan kejahatan tersebut.
Dalam hal tersebut, tugas dari kriminologi adalah membuat pola dan menguji sistem hukuman yang dapat meminimalkan terjadinya tindakan kejahatan. dan dalam literatur yang terdapat dalam kriminologi, pemikiran classic (neo classic) maupun positif merupakan ide-ide yang penting dalam usaha untuk memahami dan mencoba berbuat sesuatu terhadap kejahatan.
Cessare Beccaria (1738-1794).

2. Kriminologi Positif
Kriminologi Positif bertolak pada pandangan bahwa prilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor di luar kontrolnya, baik yang berupa faktor cultural (budaya), maupun faktor biologis.
Hal ini berarti, manusia bukanlah makhluk yang bebas untuk menuruti dorongan keinginan dan intelegensinya, akan tetapi berarti makhluk yang dibatasi/ditentukan oleh perangkat situasi cultural maupun biologisnya. Manusia berkembang bukan semata-mata hanya karena intelegensinya saja, akan tetapi melalui proses yang berjalan perlahan-lahan dari aspek evolusi cultural dan juga aspek biologisnya.
Dalam bidang Kriminologi aliran positif dapat dipandang sebagai yang pertama kali memformulasikan dan menggunakan metodologi, cara pandang, dan logika dari ilmu pengetahuan alam di dalam mempelajari perbuatan/tingkah laku manusia.
Dasar yanbg sesungguhnya dari positivisme dalam kriminologi adalah konsep tentang sebab kejahatan yang banyak (multiple factor causation), yaitu adalah faktor-faktor yang alami atau bisa disebut faktor yang dibawa oleh manusia dan dunianya, yang sebagian besar bersifat karena faktor pengaruh lingkungan maupun karena faktor biologisnya.

3. Kriminologi Kritis
Kriminologi Kritis adalah pemikiran kritis, atau yang lebih dikenal dalam berbagai disiplin ilmu, seperti dalam bidang ekonomi, politik, filsafat dan sosiologi. Kriminologi kritis muncul pada dasaarsa terakhir ini.
Aliran pemikiran kritis tidak berusaha menjawab pertanyaan "apakah perilaku manusia itu bebas atau ditentukan", akan tetapi lebih mengarah pada "mempelajari proses-proses manusia dalam membangun dunianya dimana dia hidup".
Dalam kriminologi kritis, misalnya berpendapat bahwa fenomena kejahatan sebagai konstruksi sosial, yang mana artinya apabila masyarakat mendefinisikan tindakan tertentu sebagai kejahatan, maka orang-orang tertentu akan tindakan-tindakan yang terjadi, yang mungkin pada waktu tertentu memenuhi batasan sebagai kejahatan.
Kriminologi Kritis mempelajari proses-proses dimana kumpulan tertentu dari orang-orang dan tindakan-tindakan ditunjuk sebagai kriminal pada waktu dan tempat tertentu.
Kriminologi Kritis bukan hanya sekedar mempelajari prilaku dari orang-orang yang didefinisikan sebagai kejahatan, akan tetapi juga prilaku dari agen-agen penegak hukum (control social).

Kriminilogi menurut para ahli

Dalam lingkungan akademik, terdapat mata kuliah Kriminologi yang secara umum membahas tentang tindakan criminal atau kejahatan.Apa sebenarnya pengertian kriminologi itu?
Banyak ahli telah mengemukakan pengertian kriminologi, antara lain :
  1. Mulyono (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang ditunjang oleh berbagai ilmu yang membahas kejahatan sebagai masalah manusia
  2. Bonger (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya
  3. Sutherland (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan kejahatan sebagai gejala sosial dan mencakup proses-proses perbuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum
  4. Wood (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah keseluruhan pengetahuan yang diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman yang bertalian dengan perbuatan jahat dan penjahat dan,termaksud didalamnya reaksi dari masyarakat terhadap perbuatan jahat dan para penjahat.
  5. Noach (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang perbuatan jahat dan perilaku tercela yang menyangkut orang-orang terlibat dalam perilaku jahat dan perbuatan tercela itu.
  6. Wolfgang (Santoso dan Zulfa, 2002 : 9) mengatakan bahwa kriminologi adalah kumpulan ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengartian tentang gejala kejahatan dengan jalan mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola dan faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan,pelaku kejahatan serta reaksi masyarakat terhadap keduanya.
  7. Effendy (1986 : 10) mengatakan kriminologi adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan itu sendiri yang tujuanya adalah mempelajari apa sebab-sebab sehingga seseorang melakukan kejahatan dan apa yang menimbulkan kejahatan itu. Apakah kejahatan itu timbul karena bakat orang itu adalah jahat atau disebabkan karena keadaan masyarakat sekitarnya baik keadaan sosiologis maupun ekonomi

Hubungan antropologi dengan psikologi

Antropologi
            Antropologi berasal dari bahasa Yunani : anthropos, yang berarti manusia atau orang, dan logos yang berarti wacana (dalam pengertian bernalar, dan berakal). Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
            Antropologi sering disamakan dengan sosiologi, perbedaan dari sosiologi dan antropologi adalah sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Sedangkan antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di daerah yang sama. Atau lebih singkatnya, sosiologi itu modern, sedangkan antropologi tradisional.
Definisi antropologi menurut para ahli :
David Hunter, antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.
William A. Havilland, antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.
Koetjaraningrat, antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
            Antropologi memiliki cabang-cabang ilmu yang terdiri dari :
  1. Antropologi Fisik

Mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis.
  1. Antropologi Budaya

-       Etnologi : bangsa.
-       Linguistik : bahasa.
-       Arkeologi : benda-benda bersejarah.

Psikologi
            Psikologi berasal dari bahasa Yunani : psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu bersifat abstrak. Agar lebih mengerti maksud dari psikologi, lebih baik lihat definisinya dari beberapa ahli.
Pengertian psikologi dari beberapa ahli :
Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk, berjalan, dan sebagainya. Sedangkan tingkah laku tertutup adalah meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan, dan lain sebagainya.
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak langsung.
Wilhelm Wundt, psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan, panca indera, fikiran, merasa (feeling), dan kehendak.
Hubungan Kedua Ilmu Diatas
            Hubungan ini tampak karena dalam psikologi pada hakikatnya mempelajari perilaku manusia dan proses-proses mentalnya. Dengan demikian, psikologi membahas faktor-faktor penyebab perilaku manusia secara internal, seperti minat, motivasi, sikap, konsep diri, dan lain-lain. Sedangkan dalam antropologi, khususnya antropologi budaya lebih bersifat factor eksternal, yaitu lingkungan fisik, lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial dalam arti luas.
            Jadi menurut saya, hal yang berkaitan serta berhubungan dengan psikologi dan antropologi adalah manusia dan tingkah lakunya. Antropologi mengamati manusia dan lingkungan (pendekatan eksternal) dan psikologi mengamati serta mempelajari tingkah laku manusia (pendekatan internal).
            Baru saya ketahui juga ada mata kuliah yang menggabungkan antropologi dengan psikologi, yaitu Antropologi Psikologi dan Antropologi Psikiatri. Fokus perhatian antropologi psikologi mencakup lima hal, yaitu :
  1. Sifat dan teori pembawaan manusia.
  2. Kepribadian khas kolektif tertentu (kepribadian tipikal).
  3. Kepribadian individual.
  4. Metode penelitian.
  5. Kasus-kasus.

Bagian kedua yaitu Antropologi Psikiatri (Etnopsikiatri atau Psikiatri Budaya) memusatkan perhatiannya pada hubungan timbal balik antara kebudayaan dengan gangguan jiwa dan kesehatan jiwa. Pokok bahasannya antara lain :
  1. Faktor-faktor sosial-budaya yang mempengaruhi bentuk, etiologi, gejala, struktur, epidemiologi/frekuensi, dan aspek-aspek lain dari gangguan jiwa,
  2. Psikiatri lintas budaya,
  3. Stres budaya,
  4. Sindroma yang terkait dengan kebudayaan (culture bound syndrome),
  5. Faktor-faktor sosial-budaya yang mempengaruhi kesehatan jiwa,
  6. Metode diagnosa dan terapi/pengobatan tradisional dalam beberapa kebudayaan..
            Dengan adanya mata kuliah tersebut, sudah sangat jelas hubungan antropologi dengan psikologi. Seperti yang saya jelaskan diatas bahwa antropologi berhubungan dengan manusia dan lingkungan, sedangkan psikologi berhubungan dengan jiwa, perilaku, dan tingkah laku manusia.

Pengertian kreativitas

kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru dan dapat dilihat atau didengar oleh orang lain. Pada definisi ini lebih menekankan pada aspek proses perubahan (inovasi dan variasi).
Mulyadi (2004) seorang psikolog perkembangan anak mengatakan, kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada. Kreativitas juga bisa diartikan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir.
Menurut Guilford (dalam Munandar, 2004) bahwa orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara-cara berpikir divergen daripada konvergen. Lebih lanjut Guilford mengemukakan dua ciri berfikir, yaitu : cara berpikir konvergen dan divergen. Cara berpikir konvergen adalah cara-cara individu dalam memikirkan sesuatu dengan berpandangan bahwa hanya ada satu jawaban yang benar. Sedangkan cara berpikir divergen adalah kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Dalam kreativitas, Selain itu Guilford (dalam Munandar 1999) juga menerangkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan atau kecakapan yang ada dalam diri seseorang, hal ini erat kaitannya dengan bakat.
Kreativitas menurut Rhodes (dalam Munandar, 1999) dapat didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi sebagai konsep kreativitas dengan pendekatan empat P (Four P’s Creativity), yang meliputi dimensi person, process, press dan product dimana kreativitas dalam dimensi person adalah upaya mendefinisikan kreativitas yang berfokus pada individu atau person dari individu yang dapat disebut dengan kreatif, kreativitas dalam dimensi process merupakan kreativitas yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif, kreativitas dalam dimensi press merupakan kreativitas yang menekankan pada faktor press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang menghargai imajinasi dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. kreativitas dalam dimensi product adalah merupakan upaya kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif dan kreativitas yang berfokus pada produk kreatif menekankan pada orisinalitas.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu hal yang baru berdasarkan data, informasi/unsur-unsur/karya-karya yang telah ada sebelumnya, dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi suatu gagasan.

PENGERTIAN FILSAFAT DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT

PENGERTIAN FILSAFAT DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT

A.    Definisi Filsafat
      Sekarang mari kita lanjutkan perbincangan kita dengan menyimak berbagai definisi filsafat yang disodorkan para ahli. Tetapi sebelumnya barangkali kita telusuri dulu pengertian filsafat secara bahasa (etimologi). Filsafat berasal dari beberapa bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani, filsafat merupakan gabungan dua kata, yaitu philein yang berarti cinta atau philos yang berarti mencintai, menghormati, menikmati, dan sophia atau sofein yang artinya kehikmatan, kebenaran, kebaikan, kebijaksanaan, atau kejernihan. Secara etimologi, berfilsafat atau filsafat berarti mencintai, menikmati kebijaksanaan atau kebenaran. ( Sutardjo: 2007,10)
 Menurut catatan sejarah, kata ini pertama kali di gunakan oleh Pythagoras, seorang filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum masehi. Cicero (106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zamannya yang sebagian karyanya masih dibaca pada zaman sekarang, mencatat bahwa kata "filsafat" dipakai Pythagoras sebagai reaksi terhadap kaum cendikiawan pada masanya yang menamakan dirinya 'ahli pengetahuan'. Pythagoras menyatakan bahwa pengetahuan itu begitu luas dan terus berkembang. Tiada seorangpun yang  mungkin mencapai ujungnya apalagi menguasainya. Jadi jangan sombong menjuluki diri kita 'ahli' dan 'menguasai' ilmu pengetahuan, apalagi kebijaksanaan. Paling tinggi kita ini, kata Pythagoras, yang banyak menysusun dan menemukan rumus-rumus ilmu yang jitu dan diakui hingga zaman modern, adalah pencari dan pecinta pengetahuan dan kebijaksanaan yakni filosofis.
Jelas sekarang dalam konteks bagaimana kata ini pertama kali muncul . Apa yang dimaksudkan Pythagoras. Walaupun bagaimanapun, diabaikan dan diselewengkan oleh banyak pihak terutama oleh kaum 'sophist' (seakan merekalah yang paling tahu dan bijaksana) yang mempergunakan kefasihan bahasa dan kelihaian bersilat lidah untuk menyakinkan masyarakat dan merebut pengaruh atau bahkan memprovokasi massa untuk berbuat demi kepentingan si provokator.
Yang lebih dikenal mempergunakan kata ini untuk suatu pencarian kebijaksanaan adalah filosof terkenal Socrates (470-399 SM). Socrates tidak saja terkenal karena pemikirannya yang briliyan, tetapi lebih karena ia banyak mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya kepada siapa saja yang dijumpainya membuat banyak orang bertanya-tanya sebagian orang menjadi lebih arif, lebih sadar diri, lebih pintar, tetapi ada yang merasa disudutkan dan dicemoohkan. Oleh sebagian penguasa dan tokoh masyarakat pertanyaan-pertanyaan Socrates dianggap berbahaya, subversif, provokatif. Pertanyaannya yang menyadarkan banyak membuat generasi muda menjadi ragu terhadap status quo, murtad dan memberontak.
Ia, filosuf sang penyadar ini, kemudian diadili dan dijatuhi hukuman mati, bukan ditembak atau digantung tetapi dengan minum racun. Ketika tidak ada yang tega menyodorkan piala berisi racun kepadanya, ia rela menegaknya sendiri demi menunjukkan bahwa ia filosof yang agung, seorang yang cinta kebijaksanaan dan benci kemunafikan dan kejahilan (seharusnya kita bersyukur karena tidak harus berkorban seperti Socrates untuk bisa cinta ilmu-kebijaksanaan dan benci kemunafikan-kejahilan).
Dilihat dari arti praktisnya, filsafat adalah alam berfikir atau alam pikiran. berfilsafat adalah berfikir. Langeveld, dalam bukunya "pengantar pada pemikiran filsafat" (1959) menyatakan, bahwa filsafat adalah suatu perbincangan mengenai  segala hal, sarwa sekalian alam secara sistematis sampai ke akar-akarnya. Apabila dirumuskan kembali, filsafat adalah suatu wacana, atau perbincangan mengenai segala hal secara sistematis sampai konsekwensi terakhir dengan tujuan menemukan hakekatnya.
Sekarang mari kita lihat bagaimana definisi filsafat secara termenologi. Walaupun Hatta dan Langeveld mengemukakan pengertian filsafat itu lebih baik tidak dibicarakan lebih dulu akan tetapi, untuk menyesuaikan pembahasan ini dengan tujuan perkuliahan kita, akan dicoba juga membahas pengertian filsafat secara singkat.
Berdasarkan hasil tela'ah, sejak zaman Yunani Kuno sampai dengan sekarang, beberapa ahli filsafat telah mendefinisikan filsafat. Plato menyatakan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang murni (asli). Murid Plato, Aristetoles mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, seperti ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika etika, ekonomi, politik, dan estetika. Descartes mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan segala ilmu pengetahuan termasuk didalamnya Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Adapun Al-Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki halikat yang sebenarnya. (Ahmad syadali, 16)
Sementara menurut Immanuel Kant menyatakan, bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya mencakup empat persoalan, yaitu apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui ( etika), sampai dimana harapan kita (agama), dan apa yang dinamakan dengan manusia (antropologi) (Sutardjo, 2007:11), dan menurut Hasbullah Bakri merumuskan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam, semesta alam, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hekekat ilmu filsafat dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana seharusnya sikap manusia setelah mencapai pengetahuan itu.
Sepatutnya, kita memberikan catatan mengenai  penggunaan istilah ilmu atau ilmu pengetahuan untuk pengertian umum filsafat. Saat ini, filsafat dan ilmu atau ilmu pengetahuan merupakan dua hal berbeda. Sedikit penjelasan dapat dikemukakan, bahwa sebelum tahun 1500-an, semua wacana disebut filsafat, setidaknya di Yunani. Orang yang sedang berbicara tentang ilmu bumi atau masalah jual beli pun disebut sedang berfilsafat karena pada dasarnya adalah mencari kebenaran. Setelah zaman filsafat modern yang dipelopori Descartes dan John Locke terdapat perbedaan antara filsafat dan ilmu pengetahuan.

B.     Ciri-ciri Filsafat
Dari begitu banyak definisi yang dikutip dan uraian yang dipaparkan, apakah ciri utama filsafat yang tetap hadir? Ciri itu adalah bahwa filsafat adalah upaya manusia untuk mendapatkan hakekat segala sesuatu. Apakah setiap upaya manusia menjawab persoalan hidup dapat dikatakan berfilsafat? Tentu saja tidak.
Ada lima ciri utama hingga upaya itu dapat dikatakan filsafat, yaitu:
1.      Wacana atau argumentasi menandakan bahwa filsafat memiliki ciri kegiatan berupaya pembicaraan yang mengandalkan pada pemikiran, rasio, tanpa verifikasi uji empiris.
2.      Segala hal atau sarwa sekalian alam. Artinya apa yang dibicarakan yang merupakan materi filsafat adalah segala hal menyangkut keseluruhan sehingga disebut perbincangan universal. Tidak ada yang tidak dibicarakan oleh filsafat. Ada atau tidak ada permasalahan, filsafat merupakan bagian dari perbincangan. Hal ini jelas berbeda dengan ilmu pengetahuan yang membicarakan suatu lingkup permasalahan, misalnya zoologi yang hanya membicarakan wujud binatang, tetapi lengkap dengan ukurannya. Sebagian orang berpendapat, bahwa ciri segala sesuatu ini meruakan inti dari filsafat sehingga filsafat bersifat universal.
3.      Sistematis artinya perbincangan mengenai segala sesuatu dilakukan secara teratur menurut sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah diikuti. Dengan demikian, perbincangan tersebut tepat dan tidak, dapat diikuti dan diuji oleh orang lain, meskipun pada akhirnya hanya ada satu pengertian mengenai sesuatu hal.
4.      Radikal artinya sampai ke akar-akarnya, sampai pada konsekwensinya yang terakhir, radiks artinya akar, juga disebut arche. Hal ini merupakan ciri khas berpikir filsafat. Hal ini jelas berbeda dengan ilmu pengetahuan yang bertitik tolak dari asumsi yang sering disebut keyakinan filsafati (philosophical belief).  Pengertian sampai ke akar-akarnya, bahwa asumsi tersebut tidak hanya dibicarakan, tetapi digunakan. Ilmu pengetahuan menggunakan asumsi, tetapi filasafat membangun atau memperbincangkannya.
5.      Hakekat merupakan istilah yang menjadi ciri khas filsafat. Hakikat adalah pemahaman atau hal yang paling mendasar. Jadi, filsafat tidak berbicara tentang wujud atau suatu materi, seperti ilmu pengetahuan, tetapi berbicara makna yang ada dibelakangnya. Dalam filsafat, hakikat seperti ini merupakan akibat dari berpikir secara radikal.

C.    Objek Filsafat
Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematis filsafat. Sistematis filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu teori pengetahuan, teori hakekat, dan teori nilai.
isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh filosuf ialah segala yang ada dan yang mungkin ada, jadi luas sekali. Objek yang diselidiki oleh filsafat ini disebut objek materia, yaitu segala yang ada dan mungkin ada tadi. tentang objek materia ini banyak yang sama dengan objek materia sains. Bedanya ialah dalam dua hal. Pertama, sains menyelidiki objek materia yang impiris; filsafat menyelidiki objek itu juga, tetapi bukan bagian yang impriris, melainkan bagian yang abtraknya. Kedua, ada objek materia filsafat yang memang tidak dapat diteliti oleh sains, seperti Tuhan, hari akhir, yaitu objek materia yang untuk selama-lamanya tidak empiris. Jadi, objek meteria filsafat tetap saja luas dari objek materia sains.
Selain objek materia, ada lagi objekforma, yaitu sifat penyelidikan. Objek forma filsafat ialah penyelidikan yang mendalam. Artinya, ingin tahunya filsafat adalah ingin tahu bagian dalamnya. Kata mendalam artinya ingin tahu tentang objek yang tidak empiris. Penyelidikan sain tidak mendalam karena ia hanya ingin tahu sampai batas objek itu daat diteliti secara empiris. Jadi, objek penelitian sains ialah pada batas dapat diriset, sedangkan objek penelitian filsafat adalah pada daerah tidak dapat diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis. Jadi, sains menyelidiki dengan riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya.

D.    Cara Mempelajari Filsafat
Isi filsafat ialah buah pikiran filosuf . Bagaimana cara mempelajarinya? Ini adalah kata lain bagi bagaimana cara memahaminya. Pertama sekali perlu kiranya diketahui bahwa isi filsafat amat luas. Luasnya itu disebabkan pertama oleh luasnya objek penelitian (objek material) filsafat, yaitu segala yang ada dan mungkin ada. Sebab lain ialah filsafat adalah cabang pengetahuan yang tertua. Dan sebab ketiga adalah pendapat filosof tidak ada yang tidak layak dipelajari, tidak ada filsafat yang ketinggalan zaman. Lalu bagaimana menghadapinya? dari mana memulainya?
Ada tiga macam metode mempelajari filsafat: metode sistematis, metode historis, dan  metode kritis.

1.      Metode Sistematis
Metode sistematis adalah cara mempelajari filsafat mengenai materi atau masalah-masalah yang dibicakannya. Sistimatis di sini artinya adanya susunan dan urutan (hierarki), juga kaitan suatu masalah dengan materi atau masalah lain yang terdapat dalam filsafat. Lantas, apa yang dimaksud dengan materi atau permasalahan dalam filsafat dan bagaimana susunan dan hubungan satu masalah dengan masalah lain terjadi? Tiga masalah pokok dalam dalam filsafat yang melahirkan jenis-jenis filsafat, disebut juga dengan problematika filsafat. Ketiga masalah tersebut antara lain. Pertama, masalah mengenal dan mengetahui (cognitio)  atau teori pengetahuan. kedua, masalah segala sesuatu (metafisika), yaitu metafisika umum (ontologi), dan metafisika khusus atau belajar tentang teori hakekat. Ketiga, masalah penilaian, nilai, dan aksiologi. Pembagian besar ini dibagi lebih khusus dalam sistematika filsafat. Tatkala membahas setiap cabang atau subcabang itu, aliran-aliran akan terbahas. Dengan belajar filsafat melalui metode ini perhatian kita terpusat pada isi filsafat, bukan pada tokoh ataupun periode. (Ahmad Tafsir, 2005:20)
Sebenarnya, sistematika filsafat ini sudah ada sejak masa Yunani Kuno yang terkenal adalah sistematika Aristoteles. Sistimatika ini dianggap sebagai sistematika pertama dalam filsafat, meskipun sebelumnya, guru Aristoteles, Plato telah mengemukakan tiga cabang filsafat, yaitu dialektika yang mempersoalkan gagasan atau pengertian umum, fisika yang mempersoalkan dunia materi, dan etika yang mempersoalkan baik serta buruk. Menurut Aristetoles, pembagian atau klasifikasi filsafat adalah logika yang dianggap sebagai pendahulu filsafat. Adapun klasifikasi filsafatnya, yaitu filsafat teoritis membicarakan fisika, matematika, dan metafisika; filsafat fisika praktis membicarakan etika, ekonomi, dan politik; serta filsafat poetika(kesenian) (Sutardjo, 2007:16)

2.      Metode Historis
Metode historis adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan waktu, perkembangan pemikiran filsafat yang telah terjadi, sejak kelahirannya sampai saat ini, sepanjang dapat dicatat dan memenuhi syarat-syarat pencatatan serta penulisan sejarah. (Sutardjo, 2007:16). Pendekatan ini dapat dilakukan dengan membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah, misalnya dimulai darai membicarakan filsafat Thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakekat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dengan membicarakan Anaximandros, misalnya, lalu Socrates, lalu Rousseau, lantas kant, dan seterusnya sampai tokoh-tokoh kontemporer. Tokoh dikenalkan, kemudian ajarannya. Mengenalkan tokoh memang perlu karena ajarannya biasanya berkaitan erat dengan lingkungan, pendidikan, kepentingannya. Dalam menggunakan metode historis dapat pula ditempuh cara lain, yaitu dengan cara membagi babakan sejarah filsafat. Misalnya mula-mula dipelajari filsafat kuno (ancient philosophy). Ini biasanya sejak Thales sampai menjelang Plotinus, dibicarakan tokoh-tokohnya, ajaran masing-masing, ciri umum filsafat periode itu. Kemudian para pelajar menghadapi filsafat Abad Pertengahan (middle philosophy), lalu filsafat abad modern (modern philosophy). Variasi cara mempelajari filsafat dengan metode historis cukup banyak. Yang pokok, mempelajari filsafat dengan menggunakan metode historis berarti mempelajari filsafat secara kronologis. Untuk pelajar pemula metode ini baik digunakan. (Ahmad Tafisr, 2005:20)

3.      Metode kritis.
Metode kritis digunakan oleh mereka yang mempelajari filsafat tingkat intensif. Pelajar haruslah sedikit banyak telah memiliki pengetahuan filsafat. pelajaran filsafat pada tingkat sekolah pascasarjana sebaiknya menggunakan metode ini. Di sini pengajaran filsafat dapat mengambil pendekatan sistematika ataupun historis. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian pelajar mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat juga berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari. Ia mengkritik mungkin dengan menggunakan pendapatnya sendiri ataupun dengan menggunakan pendapat filosofis lain. (Ahmad Tafisr, 2005:21)

Senin, 23 Desember 2013

Hobby membaca

Hobby membaca yang mengaduk aduk perasaan

 Membaca sebagai hobby utama bagiku saat ini sudah menjadi sebuah kebutuhan, bukan hanya sebagai pengisi waktu luang namun menjadi suatu hal yang wajib yang harus kulakukan setiap hari, aku tidak akan dapat memejamkan mata sebelum membaca buku, walaupun aku naik ke tempat tidur dengan kondisi sangat lelah, aku akan tetap membuka halaman buku dan menatap hurufnya satu persatu, membaca menjadi rutinas wajibku walaupun aku hanya akan melahan beberapa halaman lalu tertidur dengan halaman masih terbuka.’
Membaca menjadi hiburan yang menyenangkan, bahkan menjadi alternatif utama disaat tiba masa-masanya suntuk. Membaca mampu mengusir kesedihan yang menggores-gores perasaan terdalam, membaca memberiku tawa yang diam-diam sering kutahan, dan membaca terkadang membuka akan adanya pemahaman baru.

Nah begitu pentingnya membaca buku bagiku, juga memberikan pengaruh langsung pada perasaanku, kalau hanya menangis saat membaca kisah sedih, atau tertawa sendiri dengan lelucon yang ada itu belum apa-apa menurutku. Yang kumaksud disini adalah benar-benar memberi pengaruh pada perasaan bahkan moodku. Aku bisa bahagia dan super semangat selama berminggu-minggu begitu usai membaca ‘’Negeri lima menara dan Ranah Tiga Warna ‘’ nya Fuadi, aku bisa menjadi sangat religius begitu usai membaca ‘’Ayat-ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih ‘’ nya Habiburrahman, atau aku bisa murung berminggu-minggu usai membaca Oliver twist, Monthe the Cristo dan buku-buku sedih lainnya.
Aku juga sedikit lebih bijak ketika usai membaca buku biografi pemimpin dunia atau artis terkenal, aku menjadi semakin eksal dengan negeri ini begitu usia membaca: Komando, jejek seorang prajurit atau membaca buku bertema politik lainnya, aku bisa jadi merenung dalam dalam usai membaca serialnya Sindu yang berjudul: Nurjahan the Queen of Mughal yang setiap serinya minta ampun tebalnya, aku melamun panjang merenanungkan nasibnya rRatu Timurnya negeri Manchu usai membaca Maharani, aku bisa sangat puitis usai membaca buku-bukunya Khalil Gibran, bahkan sudah dua hari ini aku tidak bersemangat makan gara-gara sedih membayangkan nasibnya Sayuri dalam Memoar of Gheisha. Namun dari semua ini aku paling senang membaca buku Harry Potter, entah kenapa membaca buku seri keberapun dari buku ini selalu bisa membuatku …senang.

Aku ingat, waktu masih kecil, aku memiliki fisik yang sangat lemah, maka tidak heran aku tidak punya olahraga favorit karena setiap olahraga dijamin aku akan sakit, namun karena aku sangat maniak dengan serial silat khoo ping khoo, maka aku bisa mengikuti olahraga beladiri asli Indonesia ini dengan baik, walaupun aku lebih sering libur latihan karena terkilir, cedera dan terluka karena olahraga ini, kadang-kadang dalam hati kecilnya menyadari bahwa aku ikut latihan silat lebih karena ingin merasakan dunia persilatan yang digadang-gadangkan buku itu daripada keinginanku untuk membela diri dan menjadi sehat hehehe.
Kebiasaan mengikuti suasana buku dengan hatiku masih sangat sulit kuhilangkan sampai saat ini, ketika membaca buku ‘’Cara dahsyat menjadi penulis ‘’ karya Jonru aku semangat untuk menulis, atau membaca bukunya Mis Jinjing membuat aku semangat melongok isi lemari dan mulai merasa kurang cantiknya aku sebagai wanita…..
Satu sisi, ini berakibat positif, karena bisa membuatku menjadi lebih bersemangat, namun sayangnya kadang hanya berlangsung dua atau tiga minggu bahkan ada yang tiga empat hari, dan biasanya aku juga kadang enggan membaca buku yang sama……kecuali buku Harry Potter tentunya.
Namun sisi negatifnya..kadang-kadang mood buku ini berpengaruh pada sikap sehari-hariku bahkan kerjaku..hehehe, untungnya sejauh ini aku belum dapat teguran karena ini. Begitu dahsyatnya dampak sebuah buku pada perasaan dan moodku, membuat aku kadang menunda untuk membacanya, tidak jarang buku ini hanya jadi penghuni rakku untuk beberapa hari sampai aku merasa siap membacanya, hmmmmm emosiku sangat mudah diobok-obok oleh hanya sebuah kisah dalam sebuah buku…..bagaimana dengan anda?

Kuliner Daerah Palembang

Berburu Pindang Patin Khas Palembang di Rumah Makan Sri Melayu

PALEMBANG - Apabila mengunjungi kota Palembang, belum lengkap rasanya bila belum mampir ke Rumah Makan Sri Melayu. Rumah Makan ini menyajikan suasana makan yang bernuansa Melayu Sumatera Selatan. Terletak di Jalan Demang Lebar Daun No. 1 Palembang - 30163, telepon +62 (0711) 420468 (tidak jauh dari istana gubernur Sumatera Selatan, Griya Agung) adalah merupakan Rumah Makan yang selalu dikunjungi oleh para pejabat dan orang penting jika berkunjung ke kota Palembang.

Karena penasaran dengan cerita bahwa rumah makan ini adalah merupakan rumah makan yang dikunjungi oleh pejabat-pejabat elit, maka ketika mengunjungi Palembang, penulis mencoba untuk menyempatkan diri berburu kuliner di rumah makan ini.

Rumah makan ini terletak di areal yang cukup luas (kira-kira luasnya sekitar 1 hektar) dengan banyak pepohanan yang rindang. Bangunan utama rumah makan ini bergaya bangunan khas Palembang yang sebagian besar terbuat dari kayu. Di tengah-tengah rumah makan terdapat sebuah kolam ikan dengan ikan yang cukup banyak dan besar. Tempat ini cukup nyaman bagi orang yang ingin menikmati makanannya sambil mengobrol. Wajar saja jika tempat ini dijadikan bagi para pejabat dan pebisnis sebagai tempat makan sambil mendiskusikan pekerjaan. Kabarnya tempat ini dapat menampung pengunjung hingga sekitar 300 orang.


Makanan yang disajikan bergaya penyajian seperti di restoran Minang, dimana semua jenis lauk dan makanan akan dikeluarkan. Kecuali untuk menu utama dan andalan dari rumah makan ini, yaitu pindang ikan, maka pelayannya akan menanyai pengunjungnya, ingin menu pindang jenis ikan apa. Di sini tersedia pindang ikan patin dan pindang ikan bawung. Penulis bersama dengan keluarga mencoba untuk memesan pindang ikan patin dan pindang ikan bawung supaya dapat merasakan semua jenis pindangnya. Pindang ini dimasak dengan campuran daun kemangi yang dipadukan dengan aroma campuran berbagai bahan tambahan lainnya, seperti lengkuas, tomat, nanas, dan mentimun. Sebenarnya di rumah makan ini masih ada 1 jenis pindang lagi, yaitu pindang ikan salai (ikan yang diasap).

Sedangkan menu lainnya dihidangkan seluruhnya di atas meja, ada ikan seluang goreng (ikan seluang merupakan ikan khas sungai Musi berbentuk kecil-kecil dan digoreng sampai garing seperti ikan asin), cumi goreng tepung, sate ikan (jangan dibayangkan kalau bentuknya seperti sate yang kita kenal, karena sate ikan ini adalah ikan yang dihaluskan dan diberi tepung kanji kemudian dibentuk seperti seperti bola dan ditusukkan pada sebatang lidi), tempoyak (berbahan dasar durian mentah difermentasikan yang dibungkus daun pisang dan dipepes dengan cabe merah dan terasa asam), sambal goreng pete, lalapan, serta tidak ketinggalan sambal mangga yang merupakan sambal khas Sumatera.

Pindang ikan patin dan bawung disajikan dalam tempat khas sehingga masih tetap panas. Penulis sangat menikmati makanan ini, walaupun sebenarnya penulis kurang cocok dengan masakan bergaya Melayu yang cukup pedas. Namun karena rasanya yang khas agak asam dan segar, sehingga hidangan ini sangat cocok disantap ketika siang dimana cuaca di kota Palembang yang cukup panas. Namun sebenarnya masih ada satu tempat yang menyajikan patin ikan yang rasanya menurut penulis lebih enak dibandingkan tempat ini, yaitu Rumah Makan Pindang Meranjat Ibu Ucha, namun keunggulan pindang di Rumah Makan Sri Melayu ini adalah pindang yang dihidangkan senantiasa tetap hangat karena dihidangkan di tempat khusus yang terbuat dari bahan stainless steel dan di bawahnya terdapat tungku api kecil untuk menghangatkan.

Di tempat ini juga menyediakan aneka jenis minuman dingin maupun hangat seperti jus tomat, jus jambu, jus alpukat, teh manis, dan minuman kelapa muda yang segar
 
Orang membayangkan bahwa Rumah Makan ini adalah merupakan rumah makan kalangan pejabat sehingga harganya tentulah sangat mahal. Tapi ternyata bayangan ini tidak terbukti. Harga makanan di tempat ini relatif masih wajar dan tidaklah sangat mahal. Harga pindang per porsinya rata-rata adalah Rp 15.000.

Menurut informasi yang berhasil diperoleh, rumah makan ini didirikan sejak tahun 1991 oleh Ismail Umar, dan Komariah yang konsepnya terinspirasi ketika mereka berkunjung ke Malaysia. Bahkan saat ini Rumah Makan Sri Melayu telah memiliki cabang di Jakarta yaitu di Jalan Veteran, Bintaro dan Bendung Hilir, samping Rumah Sakit Mintoharjo, Jakarta Pusat.